Mati Bawa Bekal Apa? Sebaik-baik Bekal Adalah Taqwa
KAOS DISTRO : Ketika sakit menjelang wafat, Abu Hurairah sempat menangis. Ketika ditanya, beliau berkata, “Aku menangis bukan karena memikirkan dunia, melainkan karena membayangkan jauhnya perjalanan menuju negeri akhirat. Aku harus menghadap Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Aku tak tahu, perjalananku ke sorga tempat kenikmatan atau ke neraka tempat penderitaan.?” Lalu Abu Hurairah berdo’a: “Ya Allah, aku merindukan pertemuan dengan-Mu, kiranya Engkau pun berkenan menerimaku. Segerakanlah pertemuan ini”! Tak lama kemudian, Abu Hurairah berpulang ke rahmatullah.
Setiap Muslim mesti mengingat kematian, dan memperbanyak bekal dalam perjalanan panjang menuju negeri akhirat. Setiap perjalanan, sejatinya, memerlukan bekal, baik fisik maupun non fisik (spiritual).
Apakah bekal terbaik ?
Pertama, kekuatan iman dan taqwa kepada Allah SWT dan kepada hal-hal yang ghaib termasuk hari akhir.
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah/2: 197).
Salah satu Ciri yang orang takwa adalah yu`minu bi al-ghayb (QS. Al-Baqarah/2: 3). Keimanan kepada yang ghaib termasuk kepada hari akir memberikan kemampuan kepada manusia untuk menembus batas-batas alam fisik, menuju alam rohani yang tak terbatas, yaitu Allah SWT.
Kedua, Kemampuan menjaga jarak dari setiap godaan dan kesenangan duniawi yang menipu. Bukan berarti kita menolak dunia atau meninggalkannya, tetapi mengelola dunia dan menjadikannya sebagai sarana untuk memperbanyak ibadah dan amal shalih. Dunia hanyal alat dan infrastruktur menyiapkan bekal dan bukan tujuan akhir.
Ketiga, kemampuan menjadikan semua aset yang dimiliki sebagai modal untuk kemuliaan di akhirat. Hal ini hanya mungkin dilakukan bila kita percaya kepada Allah, dan percaya pada balasan-Nya.
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah/2: 45-46).
Keempat, Semangat dan kesungguhan dalam mengarungi kehidupan. Perjuangan itu bersifat multideminsional dan multi-quotient, meliputi perjuangan fisikal (jihad), intelektual (ijtihad), dan spiritual (mujahadah). Allah SWT akan membukakan pintu-pintu kemenangan bagi orang yang berjuang dan memiliki determinasi dalam perjuangan. (QS. Al-`Ankabut/29:69).
Post A Comment:
0 comments: